Lihat semua daftar posting »»

Kamis, 15 Desember 2011

MAKANAN DAN XXX

Pagi itu aku baru saja memasang tv baru untuk mobilku. Kecil tapi paling tidak bisa membantu menghilangkan kebosanan apalagi saat macet di jalan. Jakarta adalah kota yang tiada hari tanpa macet. Selain macet, ternyata tv ini ada gunanya untuk ‘memancing’ lelaki.
Ceritanya sehabis pulang kerja jam 6an sore waktu itu, tiba tiba aku merasa lapar sekali. Pas kebetulan aku melewati salah satu jalan di Jakarta Pusat dimana satu jalan itu terdapat banyak sekali penjual nasi uduk.
Karena saking banyaknya penjual, aku tidak tahu mana yang paling enak. Berhubung perutku sudah berbunyi dan radar gay aku bergerak, sesaat aku melewati satu warung yang ternyata para penjualnya selain ganteng juga memiliki badan yang bagus. (Dalam hati aku berpikir apakah mungkin semuanya lelaki binan?)
Aku memakirkan mobilku di tempat yang sepi lalu berjalan menuju ke warung tersebut. Sang penjual menanyakan pesanan. Saat itu masih cukup ‘pagi’ sehingga mereka belum siap siap dan aku harus menunggu beberapa waktu yang cukup lama. Walau bisa mengamati tubuh masing masing penjual, lama lama karena lelah aku mengatakan kepada penjual yang melayani aku untuk mengantarkan pesanan ke mobil aku.
Sampai di mobil aku menyalakan mesinnya. Tiba tiba timbullah pikirkan, “Kenapa tidak aku stel aja film bokep? Mumpung masih lama ini.” Akhirnya aku mengambil salah satu koleksi film dari tempat cd-ku.
Hujan turun dengan deras. Selang 10 menit aku mendengar ada yang mengetuk di jendel. Ternyata abang nasi uduk itu sudah datang. Aku langsung mematikan film tersebut dan membuka jendela.
“Wah, aku baru pertama kali nonton film gituan tuh.” Jelas abang itu.
Tentu aku tidak menghilangkan kesempatan itu. “Mau lanjut nonton lagi? Tanggung sih tadi tinggal dikit. Mau ngak? Masuk ke mobil aja.” Tanyaku.
Aku menyalakan kembali film gay itu sambil bertanya, “Kamu gak aneh nonton film ginian? Ini kan cowok ama cowok.”
“Aneh sih, Mas. Cuman aku belum pernah lihat sih. Hubungan aja belum pernah. Gak nyangka ya bule punya panjang dan gede?” Komentarnya.
Selagi ia menonton film itu, aku mengamati tubuhnya dengan kulit yang hitam tapi bersih. Aku kemudian memberanikan diri untuk memegang lengannya yang berotot. “Lengan kamu berotot juga ya?”
“Ya, habisnya kerja berat sih. Pagi kerja tukang, sorenya jualan nasi uduk.”
“Tapi abis kerja mandi dong?”
“Ya, harus dong. Kalau gak bisa bisa dimarahin ama majikan kali.”
“Emangnya semua abang abang disana juga tukang kalau pagi? Lalu mandinya rame rame dong?” Nanya aku lugu.
“Kan biar gak buang waktu. Kalau telat dikit aja pelanggan biasanya dah datang. Bisa bisa keduluan warung yang lain.” Jelas ia sambil aku pegang pahanya.
Sampailah saat salah satu bule di adegan itu untuk mencapai puncaknya dengan mengeluarkan desahan desahan yang menggairahkan. Ia langsung mengamatinya dengan seksama dan aku mulai memegang jendolan di celananya. “Aku buka ya?”
Tanpa menjawab, aku membuka reseleting celananya. Terlihatlah celana dalam biru usang dengan tonjolan yang keras. Begitu aku buka tonjolan itu, akhirnya aku bisa melihat penis coklat yang sudah disunat berdiri dengan tegarnya. Sama seperti lengannya, penisnya juga terlihat sangat berurat. Ia terlihat malu. “Malu mas, kecil.”
“Ah, gak kok. Punya besar, indah dan berurat lagi.” Aku berkomentar sambil mengambil pelumas yang kusimpan di mobil. (Untuk apa ya?)
Aku lalu melicinkan tanganku dengan pelumas dan mengocok penisnya. “Apa itu mas? Dingin banget ya?”
“Ini pelicin namanya. Kalau udah disunat, biar gak susah ngocoknya harus pake ini. Kamu belum pernah ngocok ya?”
“Aku…aku belum pernah.” Jawabnya malu malu.
Ia nampaknya sangat menikmati kocokanku. Aku lalu mengambil tangannya dan meletakan di penisku yang masih di dalam celana. “Burung mas besar juga ya.”
Tak lama kemudian, “Mas, kayaknya aku mau kencing nih. Mass…. Mas… aku gak tahan nih.”
“Ngak apa apa. Keluarin aja.” Sebelum ia mengeluarkan pejunya, aku mengoralnya. Aku merasakan pejunya yang hangat keluar seperti tembakan di mulutku. Rasanya sangat nikmat, manis dan sedikit asin.
“Ih mas, itu kan jorok.” Katanya.
“Ngak kok. Kamu belum coba aja. Kalau dah coba pasti ketagihan deh.”
Aku kemudian membayar nasi uduk tersebut sekaligus memberikan tips tambahan atas ‘fresh juice’ nya. “Bang, besok mau ketemu lagi ngak? Aku bawain film film lain deh.” “Boleh aja sih mas, tapi abis tutup warung jam 11 malem ya.” Jawabnya dengan gembira dan lugu.
——————-
Aku tidak datang keesokan harinya karena ada keperluan kantor yang mendesak. Ingin rasanya aku memberitahu bahwa aku tidak bisa datang tapi bagaimana mungkin? Nomer telepon abang itu aja tidak punya. (Namanya siapa aku juga enggak tahu.)
Akhirnya aku datang lusanya ke warung nasi uduk tersebut sesaat sebelum tutup. (Untungnya.)
“Kok kemarin gak datang, mas? Aku tungguin loh.” Tanya abang itu yang ternyata namanya Dede.
“Ya nih. Sori banget yah. Kemarin tiba – tiba ada keperluan kantor sih. Pesanan makanannya bungkus aja deh. Dah mau tutup juga kan jadi bisa sekalian ikut aku. kalau mau. Aku tunggu di tempat kemarin ya.”
Dia hanya mengangguk sambil menyiapkan pesananku yang akan kubawa pulang. Aku kemudian kembali ke mobil sambil menunggunya. Kulihat semua tenda sudah dibereskan dan ia datang masuk ke mobil yang kuparkir agak jauh (supaya enggak ada yang curiga).
“Cape ya kerja hari ini?” Tanyaku.
“Enggak juga. Sudah terbiasa sih.” Jawabnya sambil kuelus – elus selangkangannya. Ia pun terlihat sudah mulai terbiasa.
Setelah kita tiba di rumahku, aku langsung menyalakan film porno Asia Oriental dengan pemeran pemeran yang keren. Sambil menonton film tersebut, aku mulai menggodanya. Tak lama, aku mulai membuka pakaiannya yang berwarna merah. Tercium aroma keringat lelaki yang sangat kuat. Aku menjadi bergairah. Langsung kubuka celana panjanngnya.
“Mereka putih – putih, cakep lagi ya?” Ia bertanya dengan polosnya sambil kucubit perlahan pentilnya sampai ia kegelian. Kulihat ia sudah sangat terangsang. Tonjolan penisnya terlihat dengan sangat jelas dengan sedikit cairan pas di kepalanya. Aku mulai merabanya dan meletakan di tonjolanku.
Setelah semua adegan selesai, aku membisikan sesuatu di telinganya. “Mau yang seperti itu?” Ia mengiyakan pertanyaanku. Kemudian aku menurunkan celana dalamnya. Langsung aku mengemut penis yang sudah basah dengan precum. Ia langsung berteriak kenikmatan.
Aku berdiri dan membuka celana panjang dan celana dalamku. “Bang, kontol abang besar banget?” Jelasnya. Memang kontolku termasuk besar dengan panjang sekitar 18cm dan lebar 4cm. aku mengiringnya ke kamar mandi untuk mandi bersama.
Di bawah pancuran air hangat, aku mencumbu ia habis habisan dan menyuruhnya untuk mengoral aku. Kontolku terasa sangat geli sekali karena terkena giginya. Tak lama, aku membalikan tubuhnya dan pelan – pelan kumasukan batangku yang keras ini. “Tahan ya. Bakal agak sakit sedikit. Kamu tahan sakit kan?”
Begitu kumasukan sedikit ia nampak kesakitan dan sedikit berteriak. Aku kemudian menutup mulutnya dengan tanganku sambil memainkan pentilnya. Akhirnya berhasil kumasukan seluruh kontolku ke dalam lubangnya.
“Enak enggak? Enak kan dimasukan seperti ini?” Tanyaku. Ia menjawabnya dengan desahan desahan yang menggoda.
“Ah, bang. Kontol a..baaangg enak banget. Ah, sakit tapi enak banget bang.” Komennya. “Terus…terus bang. Yang cepat… Aku ingin mengerasain dimasukin yang cepat, bang.”
“Wuah, dah ketagihan ya? Enakan…” Aku memompa kontolku di lubangnya sambil mengocok penisnya yang keras.
“De, aku mau keluar nih. Mau pejuku? Mau coba kan?”
“Mau bang. Aku mau cobain punya abang. Arrgahhh…” Aku lalu mengeluarkan penisku dari lubangnya dan kukocok tempat di depan mukanya dengan mulut yang terbuka. “Arghh, ahhh…aku mau keluar ya. Isep dong, De. Isep yang kuat ya.”
Dede langsung menghisap kontolku dengan kuat dan keluarlah peju di mulutnya. Tanpa kusuruh, ia langsung menelan habis pejuku.
“Gimana? Enak kan?” Tanyaku.
“Iya, enak banget. Asin ya ternyata.” Aku lalu mendekatkan bibirku dengan bibirnya. Kucium ia dengan nafsu sambil kukocok kontolnya yang berwarna kecoklatan itu. “Arhh, bang..aku….gak tahan…dah mau keluar nih…” Rintihnya. Kupercepat kocokanku dan keluarlah pejunya dengan semprotan yang lumayan jauh. Badannya sedikit gemetaran.
Setelah permainan nafsu kami selesai, kami mandi lalu aku makan bersama. Aku menyuruhnya untuk bermalam di tempatku karena sudah terlalu malam. Alasan sebenarnya, tentu saja karena aku tidak ingin berakhir sampai disitu saja.
Akhirnya, malam itupun kuambil keperawanan Dede. Ia terlihat tidak menyesal bahkan menginginkannya lagi.

| Free Bussines? |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar